Selasa, 26 Mei 2009

Pendidikan Seni

Pendidikan Seni Tingkat Sekolah Dasar di Masa Mendatang
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Konsep Pendidikan Seni
Yang dibimbing oleh Drs. Iriaji.M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
2009



BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Untuk menghadapi era globalisasi Indonesia meningkatkan sumber daya alamnya, terutama dalam bidang pendidikan seni. Pendidikan seni memiliki banyak manfaat terhadap perkembangan peserta didik. Selain itu seni memiliki peran yang penting dalam dunia pendidikan karena seni memiliki suatu hal yang tidak dapat dipenuhi oleh mata pelajaran lain. Sesuatu tersebut itu adalah “pengalaman estetik.” Pengalaman estetik dianggap penting karena manusia merupakan makhluk yang berkeindahan [estetikus]. Karena pengalaman estetik tersebut, maka pendidikan seni hadir. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa esensi pendidikan seni terletak pada pemberian pengalaman estetik. Pendidikan seni dapat membentuk pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual, kecerdasan moral, dan kecerdasan emosional. Dalam tingkat pendidikan Sekolah Dasar, pendidikan seni memiliki peran yang penting terhadap peserta didik. Tetapi, kenyataannya pendidik kurang begitu mengerti cara mendidik anak dalam bidang seni secara benar. Selain itu, ada beberapa hal yang dapat mengganggu pendidikan seni di Indonesia yang seharusnya kita ketahui. Dengan demikian bagaimanakah pendidikan seni dimasa yang akan datang? Hal itu akan kita bahas dalam makalah ini. 2. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah Manfaat Pendidikan Seni Bagi Peserta Didik? 2. Apa sajakah yang dapat mengganggu pendidikan seni di Indonesia? 3. Bagaimanakah pendidikan seni dimasa yang akan datang? 3. Tujuan 1. Untuk mengetahui Manfaat Pendidikan Seni Bagi Peserta Didik. 2. Untuk mengetahui apa saja yang dapat mengganggu pendidikan seni di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pendidikan seni dimasa yang akan datang.


BAB II
PEMBAHASAN


1. Manfaat Pendidikan Seni Bagi Peserta Didik
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa seni selalu ada disekitar hidup kita. Karena itu, seni seharusnya dimanfaatkan untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik. Berikut ini adalah beberapa manfaat pendidikan seni terhadap peserta didik: · Peserta didik jadi lebih mudah menyerap masukan dan saran yang diberikan oleh pendidik. · Kepekaan Peserta didik terhadap alam menjadi lebih baik karena terbiasa membuat sesuatu yang indah. · Memberikan kesenangan terhadap peserta didik dan dapat membantu mereka untuk mempelajari berbagai ketrampilan yang perlu dikuasai. · Membantu peserta didik mengekspresikan dan mengembangkan kreatifitasnya dengan bebas. · Peserta didik mampu mengendalikan emosi, perasaan sedih atau senang. Emosi itu dapat di curahkan melalui karya seni yang mereka hasilkan. · Imajinasi peserta didik bisa berkembang lewat karya yang dihasilkan. · Membangun perasaan pada peserta didik dan memberi banyak pengalaman seni kreatif. · Apresiasi mereka terhadap keindahan akan tumbuh dan berkembang dalam dirinya. Jika kepekaan itu sudah tumbuh, peserta didik bisa menghasilkan karya yang bagus. · Pendidikan seni bisa memberi pengaruh positif dalam hal persepsi emosi peserta didik. (Sumber: Koran SINDO/Minggu-10 Agustus 2008)
Jika dilihat dari kesimpulan diatas maka pendidikan seni memiliki pengaruh yang besar terhadap peserta didik untuk mengembangkan bakat, kreativitas, ketrampilan, dan kepekaan mereka terhadap seni.

2. Gangguan Pendidikan Seni di Indonesia
Dalam sejarah perjalanan pendidikan seni, esensi pendidikan seni sering mengalami gangguan oleh berbagai hal. Gangguan tersebut dikemukakan oleh Sofyan Salam dalam artikelnya yang berjudul Pendidikan Seni Kontekstual yaitu:

2.1. Gangguan Kepentingan Ekonomi
Pendidikan seni di Indonesia memiliki keperluan ekonomi sangat nyata. Sejak jaman penjajahan Belanda pemberian pelajaran kerajinan tangan seperti batik, anyaman, dan gerabah diajarkan ke anak-anak pribumi. Program ini dapat menghasilkan produk yang dikirim ke benua Eropa. Hal itu dilakukan karena dikemudian hari aspek industri dan perdagangannya memiliki peran yang lebih penting. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pelajaran yang diberikan berlangsung dalam semangat untuk memicu peningkatan mutu industri yang akan membawa kemajuan ekonomi. Metode pembelajaran serta penilaian hasil belajar tentu saja tertuju pada kepentingan ekonomi tersebut. Pemberian pengalaman estetik akan terganggu oleh ambisi kepentingan ekonomi ini.
2.2. Gangguan Ide Penanaman Kesadaran Budaya
Pergaulan antar bangsa, suku, atau kelompok memicu tumbuhnya kesadaran akan perlunya suatu bangsa, suku, atau kelompok membangun identitas dirinya. Salah satu media yang dipandang efektif untuk itu adalah seni. Maka pendidikan seni pun dituntut untuk memberikan jasa bagi keperluan promosi identitas diri tersebut. Upaya membangun kesadaran budaya di Indonesia melalui pendidikan seni telah dilakukan sejak masa kolonial. Hal ini dilakukan oleh tokoh pendidik yang aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tokoh pendidik ini adalah R.M. Soewadi Soerjaningrat yang populer dengan nama Ki Hadjar Dewantoro. Ki Hadjar Dewantoro diasingkan di Belanda selama enam tahun karena mempropogandakan kemerdekaan Indonesia. Ketika ia kembali ke Indonesia, ia mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1922. Kegiatan menggambar termasuk dalam kurikulum dan dianggap sebagai program yang penting untuk menanamkan kesadaran budaya bagi murid. Pendidikan seni adalah kegiatan pembelajaran harus berorientasi pada penumbuhan kesadaran budaya Indonesia. Hal ini tentu saja dapat dipandang sebagai bentuk gangguan bagi upaya pemberian pengalaman estetik bagi peserta didik.
2.3. Gangguan Modernisme Istilah modern dimunculkan dalam bidang sosiologi pada abad ke-19 untuk menandai perbedaan “masa sekarang” dari “masa sebelumnya.” Karena itu, pada kata modern melekat makna “baru, mutakhir.” Tidak mengherankan bila modernisme dalam seni menomorsatukan kekreatifan sebagaimana yang terlihat pada karya-karya seni modern yang mulai semarak kemunculannya di penghujung abad ke-19. Pendekatan ekspresi bebas di Indonesia merupakan prioritas utama pada dekade tujuh puluhan. Sementara menggambar mencontoh yang sebelumnya populer menjadi tidak dipardulikan lagi. Hingga saat ini, pendekatan ekspresi bebas masih begitu melekat di hati para pendidik seni di Indonesia. Mata pelajaran di sekolah dasar umumnya diajarkan secara konsisten, berkelanjutan, dan peduli pada materi pelajaran; dan guru mendorong anak untuk mempelajarinya secara sungguh-sungguh. Tetapi untuk mata pelajaran seni rupa, biasanya digunakan sebagai kegiatan se5lingan dari mata pelajaran yang menuntut keseriusan. Pendidik tidak begitu peduli untuk mengembangkan pemahaman dan apresiasi anak terhadap dunia seni rupa. Pendidikan seni yang demikian ini tidak dapat memberikan pengalaman estetik yang bermakna karena dikalahkan oleh keinginan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik. Dan juga pendekatan ekspresi bebas sebagai pendekatan yang bersifat anti-estetik. Alasannya adalah untuk menyalurkan emosi anak melalui seni secara bebas, kualitas artistik karya anak tidak lagi dipedulikan. Artinya, pendekatan ekspresi bebas telah “mengganggu” esensi pendidikan seni.
2.4. Gangguan Ide Keberagaman Ide keberagaman merupakan inti dari pendidikan multikultural untuk mengajarkan tentang banyak kelompok sosial dan perbedaan cara hidupnya di dalam masyarakat yang pluralistik. Pendidikan seni di Indonesia multikultural masih lebih banyak diperbincangkan dari pada dipraktikkan. Walaupun dipraktikkan, masih terbatas pada pendidikan multikultural yang sekadar memperkenalkan seni budaya orang lain. Pendidik yang berperan sebagai provokator untuk mereformasi masyarakat relatif tidak terdengar. Karena itu, gangguannya terhadap pemberian pengalaman estetik masih terbatas. Diatas adalah beberapa uraian yang di tulis oleh Sofyan Salam untuk mempertegas apa yang telah ditulis Kerry Freedman bahwa setiap pembelajaran terkait dengan konteks sosiokultural. Tidak ada kegiatan pembelajaran yang tanpa konteks. Dalam keadaan tertentu, konteks tersebut mengancam esensi pendidikan seni sebagai kegiatan pemberian pengalaman estetik.

3. pendidikan seni dimasa yang akan datang
Jika dilihat dari banyaknya pendidikan seni di Indonesia yang sampai saat ini kurang sempurna didalam pembelajaran, sebaiknya pemerintah tidak menomor duakan pendidikan seni. Menindak lanjuti dari bab II point 1 bahwa pendidikan seni memiliki peran yang penting bagi peserta didik. Dan juga agar gangguan pendidikan seni dapat dihindari sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II point 2, maka sebaiknya pemerintah maupun pendidik memberi pelajaran kepada peserta didik secara benar. Pendidik seharusnya memiliki pengetahuan yang luas tentang seni agar dapat mengajar secara optimal. Ada 2 macam pendidikan seni yang seharusnya diajarkarkan kepada peserta didik yaitu imitasi dan ekspresi. Dalam pembelajaran peserta didik sebaiknya dikontrol oleh pendidik agar dapat mengetahui pekembangan peserta didik baik secara kontekstual(seni yang memiliki fungsi selain seni itu sendiri) maupun secara esensial(seni untuk kepentingan seni itu sendiri). Sewaktu-waktu peserta didik disuruh menggambar secara bebas sesuai dengan keinginannya dan diwaktu yang lain peserta didik dituntut untuk menggambar dengan mencontoh sesuatu yang sudah ada agar kepekaan estetik mereka muncul. Peserta didik juga diajarka cara menghargai/mengapresiasi karya seni. Selain itu, pesrta didik juga di beri wawasan yang luas tentang seni, baik seni tradisional (proses rasa manusia untuk melihat suatu keindahan baik secara visual maupun audio dengan mengedepankan rasa dan keindahan sehingga manusia memiliki kreatifitas untuk membentuk sesuatu yang dirasanya adalah indah dengan maksud penyampaian gagasan, sensasi ataupun sebuah kepercayaan), seni modern(sebuah perkembangan dari penyelarasan jaman tentang gaya hidup yang telah dipengaruhi oleh perkembangan jaman) maupun seni kontemporer(suatu cabang seni yang memiliki dampak modernisasi secara tematik merefleksikan waktu yang dilalui. Sifatnya sementara). Pendidikan seni harus tetap dipertahankan karena sebagai bagian pembentuk budaya hidup manusia yang sadar akan aspek lain yang juga berjalan dalam membentuk budaya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan seni ditingkat Sekolah Dasar memiliki banyak manfaat terhadap perkembangan peserta didik baik secara esensial maupun kontekstual. Ada beberapa gangguan didalam pendidikan seni yaitu Gangguan Kepentingan Ekonomi, Gangguan Ide Penanaman Kesadaran Budaya, Gangguan Modernisme, dan Gangguan Ide Keberagaman. Agar pendidikan seni dimasa yang akan datang dapat terlaksana dengan baik maka pemerintah maupun pendidik sebaiknya mampu memberi pelajaran dan pengetahuan kepada peserta didik secara maksimal dengan cara imitasi maupun ekspresi.

B. Saran

Sebaiknya pemerintah maupun peserta didik lebih menyetarakan pendidikan seni dengan yang lainya karena pendidikan seni memiliki peran yang penting terhadap peserta didik. Tanpa seni maka pendidikan dinegara ini akan terasa hampa.